Jumat, 03 Juli 2020

Model-Model Komunikasi Massa

Model-Model Komunikasi Massa
&
Analisa Komunikasi pada Media Massa Indonesia 

 


 

Disusun Oleh : Kelompok 3

1.      Anggiani Meta Shafira – 44190614

2.      Ade Nauval Sauqi Akbar – 44190613

3.      Ade Osha Syamustika – 44190625

4.      Roro Restiyani A – 44190548

5.      Angga Milleniawan – 44190541

6.      Muhammad Farhan – 44190576

 

 

Ilmu Komunikasi

Universitas Bina Sarana Informatika

2020


Daftar Isi


Kata Pengantar

 

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah memberikan kesehatan jasmani dan rohani sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Penyusunan Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi Massa dengan membahas Model-model Komunikasi Massa dan Analisa Komunikasi pada Media Massa Indonesia. Selain itu tujuan dari penyusunan Makalah ini juga untuk menambah wawasan tentang pengetahuan Model-model Komunikasi Massa secara meluas.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Yusmawati, S.IP selaku dosen Mata Kuliah Komunikasi Massa kami yang telah membimbing kami agar dapat menyelesaikan makalah ini.

Akhirnya kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, kami menerima kritik dan saran agar penyusunan Makalah selanjutnya menjadi lebih baik. Untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih dan semoga karya tulis ini bermanfaat bagi para pembaca.

 

 

Bogor, 3 Juli 2020

 

Kelompok 3


BAB I

PENDAHULUAN

 

       I.            Latar Belakang

Apa pun profesi atau pekerjaan seseorang, setidaknya ia pernah mendengarkan radio siaran menonton televisi atau film, membaca koran atau majalah. Ketika seseorang mendengar radio siaran, membaca koran, atau menonton film, sebenarnya ia sedang berhadapan dengan atau terterpa media massa, dimana pesan media itu secara langsung atau tidak langsung tengah memengaruhinya. Gambaran ini mencerminkan bahwa komunikasi massa, dengan berbagai bentuknya, senantiasa menerpa manusia, dan manusia senantiasa menerpakan dirinya kepada media massa.

Aneka pesan melalui sejumlah media massa (koran, majalah, radio siaran, televisi,film, dan media on line/internet), dengan sajian berbagai peristiwa yang memiliki nilai berita ringan sampai berita tinggi, mencerminkan proses komunikasi massa yang selalu menerpa kehidupan manusia. Bagi yang tidak suka membaca koran, setidaknya ia akan mendengarkan radio siaran atau menonton televisi. Artinya, tidak ada orang yang terlepas dari terpaan media massa. Seorang anak sudah diterpa film anak-anak di televisi, kendati anak itu masih balita, belum bisa membaca dan menulis. Berangkat remaja dan dewasa, ia sudah mulai menerpakan dirinya dengan media massa cetak seperti majalah anak-anak, majalah remaja, majalah berita mingguan, majalah hiburan, serta surat kabar.

Komunikasi massa, seperti bentuk komunikasi lainnya (komunilkasi antarpersona, komunikasi kelompok atau komunikasi organisasi), memiliki sedilstnya enam unsur, yakni komunikator (penyampai pesan), pesan, media, komnikan (penerima pesan), efek, dan umpan balik.

Sejalan dengan perkembangan teknologi komunikasi, media komunikasi massa pun semakin canggih dan kompleks, serta memiliki kekuatan yang lebih dari masa-masa sebelumnya, terutama dalam hal menjangkau komunikan. Sebagaimana dikemukakan Marshall Mc Luhan, kita sekarang hidup dalam desa dunia (global village), karena media massa modern memungkinkan berjuta-juta orang diseluruh dunia untuk berkomunikasi ke hampir setiap pelosok dunia.

    II.            Rumusan Masalah

1.      Apa itu Komunikasi Massa?

2.      Apa saja Model-Model Komunikasi Massa?

3.      Apakah ada keterkaitan antara Model Komunikasi Massa dengan Komunikasi Media Massa yang ada di Indonesia?

 III.            Tujuan

1.      Menjelaskan pengertian dari Komunikasi Massa.

2.      Menyebutkan 4 Model-model Komunikasi Massa.

3. Analisis keterkaitan Model Komunikasi Massa dengan Komunikasi Media Massa di Indonesia.


BAB II

PEMBAHASAN

 

A.    Pengertian Komunikasi Massa

Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner (Rakhmat, 2003: 188), yakni: komunikasi massa adalah pesan yang dikomuikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (mass communication is messages commumicated through a mass medium to a large number of people). Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan media massa. Jadi, sekalipun komunikasi itu, disampaikan kepada khalayak yang banyak, seperti rapat akbar di lapangan luas yang dihadiri oleh ribuan, bahkan puluhan ribu orang, jika tidak menggunakan media massa, maka itu bukan komunikasi massa.

Media komunikasi yang termasuk media massa adalah: radio siaran dan televise (keduanya dikenal sebagai media elektronik) surat kabar dan majalah (keduanya disebut sebagai media cetak) serta media fim. Film sebagai media komunikasi massa adalah film bioskop.

Rakhmat merangkum defines-definisi komunikasi massa yang telah dikemukakan oleh para ahli komunikasi adalah menjadi “Komunikasi Massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonym melalui media cetak maupun media elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat” (Rakhmat, 2003: 189).

B.    Model-Model Komunikasi Massa

Prof. Deddy Mulyana, M.A., Ph.D. dalam bukunya Ilmu Komunikasi (2007:131) mengungkapkan, bahwa untuk lebih memahami fenomena komunikasi, kita perlu menggunakan model-model komunikasi. Model adalah representasi suatu fenomena, baik nyata ataupun abstrak, dengan menonjolkan unsur-unsur terpenting fenomena tersebut. Model jelas bukan fenomena itu sendiri. Akan tetapi, peminat komunikasi, termasuk mahasiswa, sering mencampuradukkan model komunikasi dengan fenomena komunikasi.

Sebagai alat untuk menjelaskan fenomena komunikasi, model mempermudah penjelasan tersebut. Hanya saja model tersebut sekaligus mereduksi fenomena komunikasi; artinya, ada nuansa komunikasi lainnya yang mungkin terabaikan dan tidak terjelaskan oleh model tersebut. Akibatnya, jika kita kurang hati-hati menggunakan model, model

dapat menyesatkan kita. Inilah sisi negatif dari model.

Jadi, model komunikasi itu apa?

Menurut Sereno dan Mortensen, model komunikasi merupakan deskripsi ideal mengenai apa yang dibutuhkan untuk terjadinya komunikasi. Model komunikasi merepresentasikan secara abstrak ciri-ciri penting dan menghilangkan perincian komunikasi yang tidak perlu dalam dunia nyata (Mulyana, 2007: 132).

Sedangkan B. Aubrey Fisher mengatakan, model adalah analogi yang mengabstraksikan dan memilih bagian dari keseluruhan, unsur, sifat, atau komponen yang penting dari fenomena yang dijadikan model. Model adalah gambaran informal untuk menjelaskan atau menerapkan teori. Dengan kata lain, model adalah teori yang lebih disederhanakan (Mulyana, 2007: 132).

Adapun fungsi model komunikasi menurut Gordon Wiseman dan Larry Barker adalah melukiskan proses komunikasi, menunjukkan hubungan visual, dan membantu dalam menemukan dan memperbaiki kemacetan komunikasi.

Dengan mempelajari model komunikasi, menurut DeVito (1996) ada beberapa keuntungan yang dapat diperoleh, yaitu:

1.      Model memiliki fungsi mengorganisasikan, artinya model dapat mengurutkan dan menghubungkan satu sistem dengan system lainnya serta dapat memberikan gambaran yang menyeluruh.

2.      Model membantu menjelaskan sesuatu dengan menyajikan informasi secara sederhana, artinya tanpa model, informasi tersebut dapat menjadi sangat rumit.

3.      Dengan model dimungkinkan adanya perkiraan hasil atau jalannya suatu kejadian.

 

Model dapat dijadikan sebagai suatu dasar bagi pernyataan kemungkinan terhadap berbagai alternatif dan karenanya dapat membantu membuat hipotesis suatu penelitian.


 

1.      Model Maletzke

Maletzke membuat modelnya berdlasarkan elemen-elemen tradisional, yaitu komunikator, pesa.n, media dan komunikan. Tetapi di antara media dan komunikan ia menambabkan elemen lain yaitu "tekanan" atau "kendala" dari media dan citra media tersebut pada diri komunikan.

Dalam hal tekanan atau kendala media, kita dihadapkan pada kenyataan: ada perbedaan jenis adaptasi oleh komunikan terhadap media yang berbeda-beda pula. Setiap media ada kelebihan dan kekurangannya, dan sifat-sifat media harus dianggap memunyai

pengaruh terhadap cara komunikan menggunakannya, dan sejauh mana isi media tersebut. Kita tidak memahami cerita sebuah drama yang dimainkan di televisi dengan cara yang sama jika drama tersebut dimainkan di radio siaran. Ungkapan media is the message McLuhan (1964) yang sering dikutip itu, menunjukkan betapa seriusnya peran media dalam hubungannya dengan pesan. Dalam konteks ini Maletzke menyatakan hal-hal yang relevan untuk dibicarakan, yaitu :

a.       Jenis persepsi yang dituntut dari pihak komunikan (pemirsa, pembaca, dan sebagainya).

b.      Sejauh mana komunikan terikat dengan media secara ruang dan waktu.

c.       Perbedaan waktu antara peristiwa dengan penerima pesan.

 

Citra media yang ada pada komunikan menimbulkan harapan-harapan tentang isi media tersebut, dan karenanya harus dianggap memilki pengaruh terhadap cara komunikan memilih isi media tersebut. Gengsi dan kredibilitas media merupakan elemen-elemen dari citra tersebut.

Dua variabel pemilihan dan pengalaman tersebut dapat dilihat sebagai variabel dependen atau konsekuensi-konsekuensi dalam proses pemahaman. Terpisah dari variabel tekanan atau kendalanya dia dan citra media seperti yang disebut di muka, beberapa faktor atau variabel lain dalam model ini dapat dianggap sebagai kausatif dan independen, yaitu:

a.       Citra diri media: pandangan seseorang terhadap dirinya sendiri, peranan, sikap, menciptakan sebuah disposisi dalam menerima pesan. Penelitian-penelitian psikologi-sosial, misalnya, telah memperlihatkan bahwa kita cenderung menolak informasi yang tidak sama dengan nilai-nilai yang kita anut.

b.      Struktur kepribadian komunikan: ahli-ahli psikologi sosial seringkali menganggap bahwa ada orang-orang dengan kategori tertentu yang mudah dipengaruhi daripada orang yang lainnya. Dinyatakan bahwa orang-orang yang memunyai harga diri (selfesteem) rendah lebih mudah dibujuk (Hovland dan Janis, 1959). Ini juga berlaku pada proses komunikasi massa.

c.       Konteks sosial komunikan: faktor ini bisa berupa masyarakat disekitarnya, komunitas di mana komunikan tinggal, kelompok yang diikutinya atau juga orang-orang yang berhubungan dengannya. Pentingnya peran kelompok ini pernah diteliti oleh para pelajar komunikasi. Semakin yakin seseorang bahwa ia adalah anggota sebuah kelompok tertentu, semakin kecil kemungkinannya ia terpengaruh oleh pesan yang bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut kelompok tersebut. Maletzke juga mengatakan bahwa pemuka pendapat (creator of opinion) biasanya menyaring isi media sebelum sampai pada komunikan, seringkali berada di lingkungan sosial komunikan yang terdekat, misalnya komunitas lokal tempat ia tinggal.

d.      Komunikan sebagai anggota publik: situasi waktu menerima isi pernyataan dalam komunikasi massa berbeda dengan komunikasi tatap muka. Sebagai anggota publik yang tidak terorganisasi, seorang komunikan tidak menghadapi tuntutan yang besar untuk menanggapi atau melakukan tindakan-tindakan tertentu seperti ia melakukan komunikasi tatap muka.



 

2.      Model Melvin De Fleur

Dalam model Melvin De Fleur ini, sumber (souree) dan transmitter dianggap sebagai sebuah fase dari komunikasi massa yang dibawa oleh penyampai pesan. Channel adalah media yang mengantarkan informasi. Receiver berfungsi sebagai pen.erima dan decoder informasi. Destination berfungsi untuk menginterpretasi pesan menjadi sebuah makna. Ini merupakan tugas yang dilakukan oleh otak manusia. Sedangkan feedback adalah respons dari destination kepada source.

Model ini mengemukakan fakta bawa dalam proses komrunikasi banyak terjadi gangguan. Gangguan tersebut mungkin terdapat pada semua komponen komunikasi massa, mulai dari source, transmitter, channel, receiver, maupun destination. Misalnya gangguan yang terjadi pada source bisa bersifat semantik, atau ada kepentingan yang subjektif. Gangguan pada channel bersifat telknis, dan gangguan pada receiver bisa berupa interpretasi yang kurang tepat karena keterbatasan pendidikan dan lain sebagainya.



 


 

3.      Model Shannon dan Weaver

Model Shannon dan Weaver ini menyoroti problem penyampaian pesan berdasarkan tingkat kecermatannya. Model itu melukiskan suatu sumber yang menyandi atau menciptakan pesan dan menyampaikannya melalui suatu saluran kepada seorang penerima yang menyandibalik atau mencipta-ulang pesan tersebut. Dengan kata lain, model Shannon dan Weaver mengasumsikan bahwa sumber informasi menghasilkan pesan untuk dikomunikasikan dari seperangkat pesan yang dimungkinkan. Pemancar (transmitter) mengubah pesan menjadi sinyal yang sesuai dengan saluran yang digunakan. Saluran (channel) adalah medium yang mengirimkan sinyal (tanda) dari transmitter ke penerima (receiver). Dalam percakapan, sumber informasi ini adalah otak, transmitter-nya adalah mekanisme suara yang menghasilkan sinyal (kata-kata yang terucapkan), yang ditransmisikan lewat udara (sebagai saluran) Penerima (recetuer), yakni mekanisme pendengaran, melakukan operasi sebaliknya yang dilakukan transmitter dengan merekonstruksi pesan dari sinyal. Sasaran (destination) adalah orang (atau otak) yang menjadi tujuan pesan itu. Sedangkan gangguan (noise) adalah setiap rangsangan tambahan dan tidak dikehendaki yang dapat mengganggu kecermatan pesan yang disampaikan. (Mulyana, 2007: 149-150).

 


 

4.      Model HUB (Hiebert, Ungurait, Bohn)

Model komunikasi HUB menunjukkan bahwa proses komunikasi massa merupakan proses yang sirkuler, dinamis, dan terus menerus berkembang. Model ini berbentuk lingkaran untuk menunjukkan bahwa komunikasi adalah suatu rangkaian aksi dan reaksi.

Model HUB mengibaratkan komunikasi sebagai proses yang mirip dengan peristiwa ketika sebuah batu kerikil dilemparkan kedalam kolam. Kerikil itu akan menimbulkan riak-riak air yang akan terus membesar sampai menyentuh tepian kolam dan memantul kembali ke tengah pusat riak. Content komunikasi (bisa berupa ide atau peristiwa) itu seperti batu kerikil yang dilemparkan ke dalam kolam permasalahan manusia. Banyak faktor yang memengaruhi pesan tersebut sarmpai pesan itu mencapai audience dan kembali ke awal. Faktor-faktor tersebut merupakan komponen-komponen proses komunikasi massa.





 

C. Analisis Keterkaitan Model Komunikasi Massa dengan Komunikasi Media Massa Indonesia

(Note : Setiap kelompok wajib memilih 2 bentuk Model Komunikasi)

Maka dari itu kelompok kami memilih Model Komunikasi Massa Shannon dan Weaver & Model HUB untuk kami analisis.

Dibawah ini kami jabarkan hasil analisis kami antara keterkaitan Model Komunikasi Massa dengan Komunikasi Media Massa yang ada di Indonesia, yaitu:

1.      Model Komunikasi Shannon dan Weaver dengan acara TV Nasional Indonesia


    Model Shannon dan Weaver ini menyoroti problem penyampaian pesan berdasarkan tingkat kecermatannya. Model tersebut melukiskan suatu sumber yang menyandi atau menciptakan pesan dan menyampaikannya melalui suatu saluran kepada seorang penerima yang menyandi balik atau mencipta-ulang pesan tersebut. Dan kali kami mengambil kasus atau menganalisis dari sebuah program acara TV Nasional ; RCTI dengan program acara yaitu BAPER.

   Dalam acara baper tersebut ada sebuah sesi game dinamakan whisper challenge (game tebak kata) ada lima orang peserta dimana keempat orang dari mereka harus menggunakan headphone yang di putar musik kencang dan  membuat peserta tersebut tidak fokus mendengarkan apa yang akan di ucapkan oleh peserta 1 dengan contoh kata yang di berikan misalnya “Andi mandi sekali setiap hari” dan kata tersebut harus dengan benar di ucapkan oleh peserta kedua hingga peserta terakhir. Efek dari komunikasi model tersebut adalah adanya salah satu peserta yang tidak bisa mendengar jelas apa yang di ucapkan oleh peserta lain akibat musik yang diputar melalui headphone mereka terlalu kencang, itu adalah sebuah noise (gangguan) yang mengakibatkan kesalahan informasi atau kesalahan kata dari kata yang sebenarnya harus terucap.

 

2.      Model HUB dengan Weblog

Gagasan ide dalam model komunikasi ini adalah isi atau konten berjalan melalui sekumpulan tindakan atau aksi dan reaksi dari hubungan manusia. Perhatian pertama diberikan kepada pengembangan konten.

Penggunaan Weblog sebagai media massa siber di Indonesia telah menimbulkan deviasi terhadap konsep dan proses komunikasi massa itu sendiri. Dengan menggunakan Weblog, komunikator dapat langsung mengemukakan pikirannya kepada audience tanpa terikat regulasi maupun control dan tanpa melalui gatekeeper atau filter. Oleh karena itu, keorisinalan informasi yang disampaikan kepada audience bisa terjaga. Selain itu, keberagaman sumber dan kemudahan publiksai dalam beragam format informasi dapat menghindari terjadi sentralisasi dan isi informasi dalam Weblog tersebut.


                                                PENUTUP

Kesimpulan

    Mempelajari model-model komunikasi massa tentunya dapat memberikan manfaat kepada siapapun yang tertarik mempelajari serta mendalami ilmu komunikasi massa. ada banyak manfaat yang kita dapat dalam mempelajari model-model komunikasi massa ini.



                                                DAFTAR PUSTAKA

Ardianro, Elvinaro., Lukiati Komala, Siti Karlinah, 2009. Komunikasi Massa Suatu Pengantar Edisi Revisi. Bandung : Simbiosa Rekatama Media.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Model-Model Komunikasi Massa

Model-Model Komunikasi Massa & Analisa Komunikasi pada  Media Massa Indonesia      Disusun Oleh : Kelompok 3 1.       Anggiani...