Model-Model
Komunikasi Massa
&
Analisa Komunikasi pada Media Massa Indonesia
Disusun
Oleh : Kelompok 3
1.
Anggiani
Meta Shafira – 44190614
2.
Ade
Nauval Sauqi Akbar – 44190613
3.
Ade
Osha Syamustika – 44190625
4.
Roro
Restiyani A – 44190548
5.
Angga
Milleniawan – 44190541
6.
Muhammad
Farhan – 44190576
Ilmu
Komunikasi
Universitas Bina Sarana Informatika
2020
Daftar
Isi
A. Pengertian
Komunikasi Massa
B. Model-Model
Komunikasi Massa
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah memberikan kesehatan jasmani dan rohani sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Penyusunan Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi Massa dengan membahas Model-model Komunikasi Massa dan Analisa Komunikasi pada Media Massa Indonesia. Selain itu tujuan dari penyusunan Makalah ini juga untuk menambah wawasan tentang pengetahuan Model-model Komunikasi Massa secara meluas.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Yusmawati, S.IP selaku dosen Mata Kuliah Komunikasi Massa kami yang telah membimbing kami agar dapat menyelesaikan makalah ini.
Akhirnya kami menyadari bahwa Makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan
hati, kami menerima kritik dan saran agar penyusunan Makalah selanjutnya
menjadi lebih baik. Untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih dan semoga
karya tulis ini bermanfaat bagi para pembaca.
Bogor, 3 Juli 2020
Kelompok 3
BAB
I
PENDAHULUAN
Apa pun
profesi atau pekerjaan seseorang, setidaknya ia pernah mendengarkan radio
siaran menonton televisi atau film, membaca koran atau majalah. Ketika
seseorang mendengar radio siaran, membaca koran, atau menonton film, sebenarnya
ia sedang berhadapan dengan atau terterpa media massa, dimana pesan media itu
secara langsung atau tidak langsung tengah memengaruhinya. Gambaran ini
mencerminkan bahwa komunikasi massa, dengan berbagai bentuknya, senantiasa
menerpa manusia, dan manusia senantiasa menerpakan dirinya kepada media massa.
Aneka
pesan melalui sejumlah media massa (koran, majalah, radio siaran,
televisi,film, dan media on line/internet), dengan sajian berbagai peristiwa
yang memiliki nilai berita ringan sampai berita tinggi, mencerminkan proses
komunikasi massa yang selalu menerpa kehidupan manusia. Bagi yang tidak suka
membaca koran, setidaknya ia akan mendengarkan radio siaran atau menonton
televisi. Artinya, tidak ada orang yang terlepas dari terpaan media massa.
Seorang anak sudah diterpa film anak-anak di televisi, kendati anak itu masih
balita, belum bisa membaca dan menulis. Berangkat remaja dan dewasa, ia sudah
mulai menerpakan dirinya dengan media massa cetak seperti majalah anak-anak,
majalah remaja, majalah berita mingguan, majalah hiburan, serta surat kabar.
Komunikasi
massa, seperti bentuk komunikasi lainnya (komunilkasi antarpersona, komunikasi
kelompok atau komunikasi organisasi), memiliki sedilstnya enam unsur, yakni
komunikator (penyampai pesan), pesan, media, komnikan (penerima pesan), efek,
dan umpan balik.
Sejalan dengan perkembangan teknologi komunikasi, media komunikasi massa pun semakin canggih dan kompleks, serta memiliki kekuatan yang lebih dari masa-masa sebelumnya, terutama dalam hal menjangkau komunikan. Sebagaimana dikemukakan Marshall Mc Luhan, kita sekarang hidup dalam desa dunia (global village), karena media massa modern memungkinkan berjuta-juta orang diseluruh dunia untuk berkomunikasi ke hampir setiap pelosok dunia.
1. Apa
itu Komunikasi Massa?
2. Apa
saja Model-Model Komunikasi Massa?
3. Apakah ada keterkaitan antara Model Komunikasi Massa dengan Komunikasi Media Massa yang ada di Indonesia?
1. Menjelaskan
pengertian dari Komunikasi Massa.
2. Menyebutkan 4 Model-model Komunikasi Massa.
3. Analisis keterkaitan Model Komunikasi Massa dengan Komunikasi Media Massa di Indonesia.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Komunikasi Massa
Definisi
komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner (Rakhmat, 2003:
188), yakni: komunikasi massa adalah pesan yang dikomuikasikan melalui media
massa pada sejumlah besar orang (mass communication is messages commumicated
through a mass medium to a large number of people). Dari definisi tersebut dapat
diketahui bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan media massa. Jadi,
sekalipun komunikasi itu, disampaikan kepada khalayak yang banyak, seperti
rapat akbar di lapangan luas yang dihadiri oleh ribuan, bahkan puluhan ribu
orang, jika tidak menggunakan media massa, maka itu bukan komunikasi massa.
Media
komunikasi yang termasuk media massa adalah: radio siaran dan televise (keduanya
dikenal sebagai media elektronik) surat kabar dan majalah (keduanya disebut
sebagai media cetak) serta media fim. Film sebagai media komunikasi massa
adalah film bioskop.
Rakhmat
merangkum defines-definisi komunikasi massa yang telah dikemukakan oleh para
ahli komunikasi adalah menjadi “Komunikasi Massa diartikan sebagai jenis
komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan
anonym melalui media cetak maupun media elektronik sehingga pesan yang sama
dapat diterima secara serentak dan sesaat” (Rakhmat, 2003: 189).
B. Model-Model
Komunikasi Massa
Prof.
Deddy Mulyana, M.A., Ph.D. dalam bukunya Ilmu Komunikasi (2007:131)
mengungkapkan, bahwa untuk lebih memahami fenomena komunikasi, kita perlu
menggunakan model-model komunikasi. Model adalah representasi suatu fenomena,
baik nyata ataupun abstrak, dengan menonjolkan unsur-unsur terpenting fenomena tersebut.
Model jelas bukan fenomena itu sendiri. Akan tetapi, peminat komunikasi,
termasuk mahasiswa, sering mencampuradukkan model komunikasi dengan fenomena
komunikasi.
Sebagai
alat untuk menjelaskan fenomena komunikasi, model mempermudah penjelasan
tersebut. Hanya saja model tersebut sekaligus mereduksi fenomena komunikasi; artinya,
ada nuansa komunikasi lainnya yang mungkin terabaikan dan tidak terjelaskan
oleh model tersebut. Akibatnya, jika kita kurang hati-hati menggunakan model,
model
dapat
menyesatkan kita. Inilah sisi negatif dari model.
Jadi,
model komunikasi itu apa?
Menurut
Sereno dan Mortensen, model komunikasi merupakan deskripsi ideal mengenai apa
yang dibutuhkan untuk terjadinya komunikasi. Model komunikasi merepresentasikan
secara abstrak ciri-ciri penting dan menghilangkan perincian komunikasi yang
tidak perlu dalam dunia nyata (Mulyana, 2007: 132).
Sedangkan
B. Aubrey Fisher mengatakan, model adalah analogi yang mengabstraksikan dan
memilih bagian dari keseluruhan, unsur, sifat, atau komponen yang penting dari
fenomena yang dijadikan model. Model adalah gambaran informal untuk menjelaskan
atau menerapkan teori. Dengan kata lain, model adalah teori yang lebih disederhanakan
(Mulyana, 2007: 132).
Adapun
fungsi model komunikasi menurut Gordon Wiseman dan Larry Barker adalah
melukiskan proses komunikasi, menunjukkan hubungan visual, dan membantu dalam
menemukan dan memperbaiki kemacetan komunikasi.
Dengan
mempelajari model komunikasi, menurut DeVito (1996) ada beberapa keuntungan
yang dapat diperoleh, yaitu:
1. Model
memiliki fungsi mengorganisasikan, artinya model dapat mengurutkan dan
menghubungkan satu sistem dengan system lainnya serta dapat memberikan gambaran
yang menyeluruh.
2. Model
membantu menjelaskan sesuatu dengan menyajikan informasi secara sederhana,
artinya tanpa model, informasi tersebut dapat menjadi sangat rumit.
3. Dengan
model dimungkinkan adanya perkiraan hasil atau jalannya suatu kejadian.
Model dapat dijadikan sebagai suatu dasar bagi pernyataan kemungkinan terhadap berbagai alternatif dan karenanya dapat membantu membuat hipotesis suatu penelitian.
1. Model Maletzke
Maletzke
membuat modelnya berdlasarkan elemen-elemen tradisional, yaitu komunikator,
pesa.n, media dan komunikan. Tetapi di antara media dan komunikan ia
menambabkan elemen lain yaitu "tekanan" atau "kendala" dari
media dan citra media tersebut pada diri komunikan.
Dalam
hal tekanan atau kendala media, kita dihadapkan pada kenyataan: ada perbedaan
jenis adaptasi oleh komunikan terhadap media yang berbeda-beda pula. Setiap
media ada kelebihan dan kekurangannya, dan sifat-sifat media harus dianggap
memunyai
pengaruh
terhadap cara komunikan menggunakannya, dan sejauh mana isi media tersebut. Kita
tidak memahami cerita sebuah drama yang dimainkan di televisi dengan cara yang
sama jika drama tersebut dimainkan di radio siaran. Ungkapan media is the
message McLuhan (1964) yang sering dikutip itu, menunjukkan betapa seriusnya
peran media dalam hubungannya dengan pesan. Dalam konteks ini Maletzke menyatakan
hal-hal yang relevan untuk dibicarakan, yaitu :
a. Jenis
persepsi yang dituntut dari pihak komunikan (pemirsa, pembaca, dan sebagainya).
b. Sejauh
mana komunikan terikat dengan media secara ruang dan waktu.
c. Perbedaan
waktu antara peristiwa dengan penerima pesan.
Citra
media yang ada pada komunikan menimbulkan harapan-harapan tentang isi media
tersebut, dan karenanya harus dianggap memilki pengaruh terhadap cara komunikan
memilih isi media tersebut. Gengsi dan kredibilitas media merupakan
elemen-elemen dari citra tersebut.
Dua
variabel pemilihan dan pengalaman tersebut dapat dilihat sebagai variabel
dependen atau konsekuensi-konsekuensi dalam proses pemahaman. Terpisah dari
variabel tekanan atau kendalanya dia dan citra media seperti yang disebut di
muka, beberapa faktor atau variabel lain dalam model ini dapat dianggap sebagai
kausatif dan independen, yaitu:
a. Citra
diri media: pandangan seseorang terhadap dirinya sendiri, peranan, sikap,
menciptakan sebuah disposisi dalam menerima pesan. Penelitian-penelitian
psikologi-sosial, misalnya, telah memperlihatkan bahwa kita cenderung menolak
informasi yang tidak sama dengan nilai-nilai yang kita anut.
b. Struktur
kepribadian komunikan: ahli-ahli psikologi sosial seringkali menganggap bahwa
ada orang-orang dengan kategori tertentu yang mudah dipengaruhi daripada orang
yang lainnya. Dinyatakan bahwa orang-orang yang memunyai harga diri
(selfesteem) rendah lebih mudah dibujuk (Hovland dan Janis, 1959). Ini juga
berlaku pada proses komunikasi massa.
c. Konteks
sosial komunikan: faktor ini bisa berupa masyarakat disekitarnya, komunitas di
mana komunikan tinggal, kelompok yang diikutinya atau juga orang-orang yang
berhubungan dengannya. Pentingnya peran kelompok ini pernah diteliti oleh para pelajar
komunikasi. Semakin yakin seseorang bahwa ia adalah anggota sebuah kelompok
tertentu, semakin kecil kemungkinannya ia terpengaruh oleh pesan yang
bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut kelompok tersebut. Maletzke juga
mengatakan bahwa pemuka pendapat (creator of opinion) biasanya menyaring isi media
sebelum sampai pada komunikan, seringkali berada di lingkungan sosial komunikan
yang terdekat, misalnya komunitas lokal tempat ia tinggal.
d. Komunikan
sebagai anggota publik: situasi waktu menerima isi pernyataan dalam komunikasi
massa berbeda dengan komunikasi tatap muka. Sebagai anggota publik yang tidak
terorganisasi, seorang komunikan tidak menghadapi tuntutan yang besar untuk
menanggapi atau melakukan tindakan-tindakan tertentu seperti ia melakukan
komunikasi tatap muka.
2. Model Melvin De Fleur
Dalam
model Melvin De Fleur ini, sumber (souree) dan transmitter dianggap sebagai
sebuah fase dari komunikasi massa yang dibawa oleh penyampai pesan. Channel
adalah media yang mengantarkan informasi. Receiver berfungsi sebagai pen.erima
dan decoder informasi. Destination berfungsi untuk menginterpretasi pesan
menjadi sebuah makna. Ini merupakan tugas yang dilakukan oleh otak manusia. Sedangkan
feedback adalah respons dari destination kepada source.
Model
ini mengemukakan fakta bawa dalam proses komrunikasi banyak terjadi gangguan.
Gangguan tersebut mungkin terdapat pada semua komponen komunikasi massa, mulai
dari source, transmitter, channel, receiver, maupun destination. Misalnya
gangguan yang terjadi pada source bisa bersifat semantik, atau ada kepentingan
yang subjektif. Gangguan pada channel bersifat telknis, dan gangguan pada receiver
bisa berupa interpretasi yang kurang tepat karena keterbatasan pendidikan dan
lain sebagainya.
3. Model Shannon dan Weaver
Model
Shannon dan Weaver ini menyoroti problem penyampaian pesan berdasarkan tingkat
kecermatannya. Model itu melukiskan suatu sumber yang menyandi atau menciptakan
pesan dan menyampaikannya melalui suatu saluran kepada seorang penerima yang menyandibalik
atau mencipta-ulang pesan tersebut. Dengan kata lain, model Shannon dan Weaver
mengasumsikan bahwa sumber informasi menghasilkan pesan untuk dikomunikasikan
dari seperangkat pesan yang dimungkinkan. Pemancar (transmitter) mengubah pesan
menjadi sinyal yang sesuai dengan saluran yang digunakan. Saluran (channel)
adalah medium yang mengirimkan sinyal (tanda) dari transmitter ke penerima
(receiver). Dalam percakapan, sumber informasi ini adalah otak, transmitter-nya
adalah mekanisme suara yang menghasilkan sinyal (kata-kata yang terucapkan),
yang ditransmisikan lewat udara (sebagai saluran) Penerima (recetuer), yakni mekanisme
pendengaran, melakukan operasi sebaliknya yang dilakukan transmitter dengan
merekonstruksi pesan dari sinyal. Sasaran (destination) adalah orang (atau
otak) yang menjadi tujuan pesan itu. Sedangkan gangguan (noise) adalah setiap
rangsangan tambahan dan tidak dikehendaki yang dapat mengganggu kecermatan pesan
yang disampaikan. (Mulyana, 2007: 149-150).
4. Model HUB (Hiebert, Ungurait, Bohn)
Model
komunikasi HUB menunjukkan bahwa proses komunikasi massa merupakan proses yang
sirkuler, dinamis, dan terus menerus berkembang. Model ini berbentuk lingkaran
untuk menunjukkan bahwa komunikasi adalah suatu rangkaian aksi dan reaksi.
Model
HUB mengibaratkan komunikasi sebagai proses yang mirip dengan peristiwa ketika
sebuah batu kerikil dilemparkan kedalam kolam. Kerikil itu akan menimbulkan
riak-riak air yang akan terus membesar sampai menyentuh tepian kolam dan
memantul kembali ke tengah pusat riak. Content komunikasi (bisa berupa ide atau
peristiwa) itu seperti batu kerikil yang dilemparkan ke dalam kolam
permasalahan manusia. Banyak faktor yang memengaruhi pesan tersebut sarmpai
pesan itu mencapai audience dan kembali ke awal. Faktor-faktor tersebut
merupakan komponen-komponen proses komunikasi massa.
C. Analisis
Keterkaitan Model Komunikasi Massa dengan Komunikasi Media Massa Indonesia
(Note : Setiap kelompok wajib memilih 2 bentuk Model Komunikasi)
Maka dari itu kelompok kami memilih Model Komunikasi Massa Shannon dan Weaver & Model HUB untuk kami analisis.
Dibawah
ini kami jabarkan hasil analisis kami antara keterkaitan Model Komunikasi Massa
dengan Komunikasi Media Massa yang ada di Indonesia, yaitu:
1.
Model
Komunikasi Shannon dan Weaver dengan acara TV Nasional Indonesia
Dalam acara baper tersebut ada sebuah sesi game dinamakan whisper challenge (game tebak kata) ada lima orang peserta dimana keempat orang dari mereka harus menggunakan headphone yang di putar musik kencang dan membuat peserta tersebut tidak fokus mendengarkan apa yang akan di ucapkan oleh peserta 1 dengan contoh kata yang di berikan misalnya “Andi mandi sekali setiap hari” dan kata tersebut harus dengan benar di ucapkan oleh peserta kedua hingga peserta terakhir. Efek dari komunikasi model tersebut adalah adanya salah satu peserta yang tidak bisa mendengar jelas apa yang di ucapkan oleh peserta lain akibat musik yang diputar melalui headphone mereka terlalu kencang, itu adalah sebuah noise (gangguan) yang mengakibatkan kesalahan informasi atau kesalahan kata dari kata yang sebenarnya harus terucap.
2.
Model
HUB dengan Weblog
Gagasan ide
dalam model komunikasi ini adalah isi atau konten berjalan melalui sekumpulan
tindakan atau aksi dan reaksi dari hubungan manusia. Perhatian pertama
diberikan kepada pengembangan konten.
Penggunaan Weblog sebagai media massa siber di Indonesia telah menimbulkan deviasi terhadap konsep dan proses komunikasi massa itu sendiri. Dengan menggunakan Weblog, komunikator dapat langsung mengemukakan pikirannya kepada audience tanpa terikat regulasi maupun control dan tanpa melalui gatekeeper atau filter. Oleh karena itu, keorisinalan informasi yang disampaikan kepada audience bisa terjaga. Selain itu, keberagaman sumber dan kemudahan publiksai dalam beragam format informasi dapat menghindari terjadi sentralisasi dan isi informasi dalam Weblog tersebut.
PENUTUP
Kesimpulan
Mempelajari model-model komunikasi massa tentunya dapat memberikan manfaat kepada siapapun yang tertarik mempelajari serta mendalami ilmu komunikasi massa. ada banyak manfaat yang kita dapat dalam mempelajari model-model komunikasi massa ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ardianro, Elvinaro., Lukiati Komala, Siti Karlinah, 2009. Komunikasi Massa Suatu Pengantar Edisi Revisi. Bandung : Simbiosa Rekatama Media.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar