Analisis Fungsi dan Efek Bentuk Media Massa
Disusun
Oleh :
Anggiani
Meta Shafira
44190614
44.2D.01
Ilmu
Komunikasi
Universitas
Bina Sarana Informatika
2020
Kata Pengantar
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
BAB III
Kesimpulan
Daftar Pustaka
Kata Pengantar
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami
kemudahan sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada
baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan
syafa’atnya di akhirat nanti.
Saya mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan
nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga
penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas UTS dari mata
kuliah Komunikasi Massa dengan judul “Analisis
Fungsi dan Efek Bentuk Media Massa”.
Saya tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.
Untuk itu, Saya mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini,
supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon
maaf yang sebesar-besarnya.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
khususnya kepada dosen Komunikasi Massa, Ibu Yusmawati, M.I.Kom yang telah
membimbing saya dalam menulis makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat, Terima
kasih.
Bogor, 5 Mei 2020
Anggiani Meta Shafira
Bogor, 5 Mei 2020
Anggiani Meta Shafira
BAB I
PENDAHULUAN
Apa pun profesi atau pekerjaan seseorang, setidaknya
ia pernah mendengarkan radio siaran menonton televisi atau film, membaca koran
atau majalah. Ketika seseorang mendengar radio siaran, membaca koran, atau menonton
film, sebenarnya ia sedang berhadapan dengan atau terterpa media massa, dimana
pesan media itu secara langsung atau tidak langsung tengah memengaruhinya. Gambaran
ini mencerminkan bahwa komunikasi massa, dengan berbagai bentuknya, senantiasa menerpa
manusia, dan manusia senantiasa menerpakan dirinya kepada media massa.
Aneka pesan melalui sejumlah media massa
(koran, majalah, radio siaran, televisi,film, dan media on line/internet),
dengan sajian berbagai peristiwa yang memiliki nilai berita ringan sampai
berita tinggi, mencerminkan proses komunikasi massa yang selalu menerpa
kehidupan manusia. Bagi yang tidak suka membaca koran, setidaknya ia akan
mendengarkan radio siaran atau menonton televisi. Artinya, tidak ada orang yang
terlepas dari terpaan media massa. Seorang anak sudah diterpa film anak-anak di
televisi, kendati anak itu masih balita, belum bisa membaca dan menulis.
Berangkat remaja dan dewasa, ia sudah mulai menerpakan dirinya dengan media
massa cetak seperti majalah anak-anak, majalah remaja, majalah berita mingguan,
majalah hiburan, serta surat kabar.
Komunikasi massa, seperti bentuk komunikasi lainnya
(komunilkasi antarpersona, komunikasi kelompok atau komunikasi organisasi),
memiliki sedilstnya enam unsur, yakni komunikator (penyampai pesan), pesan,
media, komnikan (penerima pesan), efek, dan umpan balik.
Proses komunikasi pada awalnya dibagi menjadi
dua kategori, yakni komunikasi antarpersona dan komunikasi massa (Blake &
Haroldsen, 1979: 32). Karakteristik komunikasi antarpersona sebagai suatu
proses adalah komunikator dan komunikannya tatap muka (face to face
communication) dan di antara mereka terjadi saling berbagi ide, informasi dan
berbagi sikap. Dalam berbagai kegiatan manusia sebagai mak.luk sosial,
komunikasi tatap muka mengalami perkembangan pada saat seorang komunikator
harus menyampaikan pesan pada sekelompok orang yang terdiri dari lima sampai 50
orang, bahkan lebih dari lima puluh orang. Dalam kondisi demikian, meskipun
komunikasinya berlangsung secara tatap muka, karakteristik komunikasi
antarpersona tidak berlaku pada bentuk komunikasi itu. Dari sini kemudian
dikenal istilah komunikasi kelompok kecil (small audience atau small group communication)
dan komunikasi kelompok besar (large audience atat. large group communication).
Dalam perkembangan berikutnya, ada bentuk
komunikasi lain yang tidak dapat dikategorikan sebagai komunikasi antarpersona,
tetapi memiliki sifat antarpersona karena komunikannya seringkali hanya satu
orang dan dikenal oleh komunikatornya. Bentuk komunikasi itu tidak dapat
dikategorikan sebagai komunikasi massa meskipun memiliki situasi pada
komunikasi massa. Bentuk konunikasi ini disebut komunikasi medio (seperti
telepon, teleks, faksimili, closed-circuit television. dan sejenisnya). Kata
medio berasal dari bahasa Latin yang berarti tengah-tengah, yang mempunyai
karakteristik berada diantara komunikasi antarpersona dan komunikasi massa
(Blake & Haroldsen, 1979:32). Kategori komunikasi medio dalam dunia periklanan
adalah media luar ruang (poster, spanduk, transit/panel bis), dan media lini
bawah (pameran, direct mail, kalender, display).
Sejalan dengan perkembangan teknologi
komunikasi, media komunikasi massa pun semakin canggih dan kompleks, serta
memiliki kekuatan yang lebih dari masa-masa sebelumnya, terutama dalam hal menjangkau
komunikan. Sebagaimana dikemukakan Marshall MeLuhan, kita sekarang hidup dalam
desa dunia (global village), karena media massa modern memungkinkan
berjuta-juta orang diseluruh dunia untuk berkomunikasi ke hampir setiap pelosok
dunia.
Definisi komunikasi massa yang paling
sederhana dikemukakan oleh Bittner (Rakhmat, 2003: 188), yakni: kamunikasi
massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar
orang (mass commumicaton is messages communicated through a mass medum to a
large mmber of people). Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi
massa itu harus menggunakan media massa. Jadi, sekalipun komunikasi itu
disampaikan kepada khalayak yang banyak, seperti rapat akbar di lapangan luas
yang dihadiri oleh ribuan, bahkan puluhan ribu orang jika tidak meng gunakan
media massa, maka itu bukan komunikasi massa. Media komunikasi yang termasuk
media massa adalah: radio siaran dan televisi --keduanya dikenal sebagai media
elektronik; surat kabar dan majalah --keduanya disebut sebagai media cetak;
serta media flim. Film sebagai media kornunikasi massa adalah filin bioskop.
Definisi kouuunikasi massa yang lebih perinci
dikeunukakan oleh ahli komunikasi lain, yaitu Gerbner. Menurut Gerbner (1967)
"Mass communication is the tehnologically and institutionally based production
and distribution of the most broadly shared continuous flow of messages in
industrial societies". (Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi
yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta
paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri (Rakhmat, 2003: 188).
1.
Apa itu media massa?
2.
Apa saja teori komunikasi massa?
3.
Apa saja bentuk-bentuk media massa?
4.
Apa fungsi dan efek dari media massa elektronik (Film)?
1. Menjelaskan pengertian media massa.
2. Memberitahu apa saja teori komunikasi massa.
3. Menjelaskan apa saja bentuk-bentuk dari media massa.
4. Menganalisis fungsi dan efek media massa elektronik Film.
Apa pun profesi atau pekerjaan seseorang, setidaknya
ia pernah mendengarkan radio siaran menonton televisi atau film, membaca koran
atau majalah. Ketika seseorang mendengar radio siaran, membaca koran, atau menonton
film, sebenarnya ia sedang berhadapan dengan atau terterpa media massa, dimana
pesan media itu secara langsung atau tidak langsung tengah memengaruhinya. Gambaran
ini mencerminkan bahwa komunikasi massa, dengan berbagai bentuknya, senantiasa menerpa
manusia, dan manusia senantiasa menerpakan dirinya kepada media massa.
Aneka pesan melalui sejumlah media massa
(koran, majalah, radio siaran, televisi,film, dan media on line/internet),
dengan sajian berbagai peristiwa yang memiliki nilai berita ringan sampai
berita tinggi, mencerminkan proses komunikasi massa yang selalu menerpa
kehidupan manusia. Bagi yang tidak suka membaca koran, setidaknya ia akan
mendengarkan radio siaran atau menonton televisi. Artinya, tidak ada orang yang
terlepas dari terpaan media massa. Seorang anak sudah diterpa film anak-anak di
televisi, kendati anak itu masih balita, belum bisa membaca dan menulis.
Berangkat remaja dan dewasa, ia sudah mulai menerpakan dirinya dengan media
massa cetak seperti majalah anak-anak, majalah remaja, majalah berita mingguan,
majalah hiburan, serta surat kabar.
Komunikasi massa, seperti bentuk komunikasi lainnya
(komunilkasi antarpersona, komunikasi kelompok atau komunikasi organisasi),
memiliki sedilstnya enam unsur, yakni komunikator (penyampai pesan), pesan,
media, komnikan (penerima pesan), efek, dan umpan balik.
Proses komunikasi pada awalnya dibagi menjadi
dua kategori, yakni komunikasi antarpersona dan komunikasi massa (Blake &
Haroldsen, 1979: 32). Karakteristik komunikasi antarpersona sebagai suatu
proses adalah komunikator dan komunikannya tatap muka (face to face
communication) dan di antara mereka terjadi saling berbagi ide, informasi dan
berbagi sikap. Dalam berbagai kegiatan manusia sebagai mak.luk sosial,
komunikasi tatap muka mengalami perkembangan pada saat seorang komunikator
harus menyampaikan pesan pada sekelompok orang yang terdiri dari lima sampai 50
orang, bahkan lebih dari lima puluh orang. Dalam kondisi demikian, meskipun
komunikasinya berlangsung secara tatap muka, karakteristik komunikasi
antarpersona tidak berlaku pada bentuk komunikasi itu. Dari sini kemudian
dikenal istilah komunikasi kelompok kecil (small audience atau small group communication)
dan komunikasi kelompok besar (large audience atat. large group communication).
Dalam perkembangan berikutnya, ada bentuk
komunikasi lain yang tidak dapat dikategorikan sebagai komunikasi antarpersona,
tetapi memiliki sifat antarpersona karena komunikannya seringkali hanya satu
orang dan dikenal oleh komunikatornya. Bentuk komunikasi itu tidak dapat
dikategorikan sebagai komunikasi massa meskipun memiliki situasi pada
komunikasi massa. Bentuk konunikasi ini disebut komunikasi medio (seperti
telepon, teleks, faksimili, closed-circuit television. dan sejenisnya). Kata
medio berasal dari bahasa Latin yang berarti tengah-tengah, yang mempunyai
karakteristik berada diantara komunikasi antarpersona dan komunikasi massa
(Blake & Haroldsen, 1979:32). Kategori komunikasi medio dalam dunia periklanan
adalah media luar ruang (poster, spanduk, transit/panel bis), dan media lini
bawah (pameran, direct mail, kalender, display).
Sejalan dengan perkembangan teknologi
komunikasi, media komunikasi massa pun semakin canggih dan kompleks, serta
memiliki kekuatan yang lebih dari masa-masa sebelumnya, terutama dalam hal menjangkau
komunikan. Sebagaimana dikemukakan Marshall MeLuhan, kita sekarang hidup dalam
desa dunia (global village), karena media massa modern memungkinkan
berjuta-juta orang diseluruh dunia untuk berkomunikasi ke hampir setiap pelosok
dunia.
Definisi komunikasi massa yang paling
sederhana dikemukakan oleh Bittner (Rakhmat, 2003: 188), yakni: kamunikasi
massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar
orang (mass commumicaton is messages communicated through a mass medum to a
large mmber of people). Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi
massa itu harus menggunakan media massa. Jadi, sekalipun komunikasi itu
disampaikan kepada khalayak yang banyak, seperti rapat akbar di lapangan luas
yang dihadiri oleh ribuan, bahkan puluhan ribu orang jika tidak meng gunakan
media massa, maka itu bukan komunikasi massa. Media komunikasi yang termasuk
media massa adalah: radio siaran dan televisi --keduanya dikenal sebagai media
elektronik; surat kabar dan majalah --keduanya disebut sebagai media cetak;
serta media flim. Film sebagai media kornunikasi massa adalah filin bioskop.
Definisi kouuunikasi massa yang lebih perinci
dikeunukakan oleh ahli komunikasi lain, yaitu Gerbner. Menurut Gerbner (1967)
"Mass communication is the tehnologically and institutionally based production
and distribution of the most broadly shared continuous flow of messages in
industrial societies". (Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi
yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta
paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri (Rakhmat, 2003: 188).
1.
Apa itu media massa?
2.
Apa saja teori komunikasi massa?
3.
Apa saja bentuk-bentuk media massa?
4.
Apa fungsi dan efek dari media massa elektronik (Film)?
1. Menjelaskan pengertian media massa.
2. Memberitahu apa saja teori komunikasi massa.
3. Menjelaskan apa saja bentuk-bentuk dari media massa.
4. Menganalisis fungsi dan efek media massa elektronik Film.
BAB II
PEMBAHASAN
Media massa merupakan salah satu alat yang
digunakan untuk berkomunikasi setiap hari, kapan saja dan dimana saja antara
satu orang dengan orang yang lain. Setiap orang akan selalu memerlukan media
massa untuk mendapatkan informasi mengenai kejadian di sekitar mereka, dengan
media massa pula orang akan mudah mendapatkan informasi yang mereka butuhkan
pada saat tertentu mereka menginginkan informasi. Disisi lain manusia dapat
berbagi kejadian – kejadian yang terjadi di sekitar mereka kepada orang lain.
Sehingga antara satu orang dengan orang lain di daerah yang berbeda dapat
melakukan pertukaran informasi mengenai kejadian disekitar mereka melalui media
massa.
Perlu ditekankan bahwa dalam hal ini yang
dimaksud media adalah media atau alat yang menunjuk pada hasil produk teknologi
modern sebagai saluran dalam komunikasi massa, bukan media tradisional seperti
wayang, kethoprak, ludruk, dan lain sebagainya. Sedangkan media massa modern
terbagi menjadi dua yaitu media massa yang tercetak dalam sebuah kertas (media
cetak) dan media yang terdiri dari perangkat mesin – mesin (media elektronik),
media massa cetak misalnya majalah, surat kabar, dan lain sebagainya. Serta
media elektronik seperti radio dan televisi (Nuruddin, 2009: 3). Sehingga dalam
hal ini media yang dimaksud adalah media yang merupakan hasil dari adanya
teknologi terbaru atau modern yang dapat menyampaikan sebuah informasi terkini
yang meliputi kehidupan bermasyarakat dan penting diketahui oleh masyarakat.
Komunikasi massa meliputi semua lapisan
masyarakat atau khalayak ramai dalam berbagai perbedaan, perbedaan tersebut
terdapat pada usia, agama atau keyakinan, pendidikan, status sosial dan semua
yang terjangkau oleh saluran media massa. Ada hubungan timbal balik antara
media dengan khalayak, khalayak dapat mempengaruhi media dan sebaliknya media
juga dapat mempengaruhi khalayak. Media dapat menyampaikan hal penting untuk
diketahui masyarakat sehingga masyarakat mengerti dan mengetahui kejadian yang
sedang terjadi, begitu pula sebaliknya masyarakat dapat menghubungi media untuk
menyampaikan informasi yang ada disekitar mereka melalui nomor – nomor yang
dapat dihubungi pada suatu media.
Media massa terbagi menjadi dua jenis yaitu
media massa cetak dan media massa elektronik. Media massa elektronik adalah
sarana komunikasi massa melalui perangkat – perangkat elektronik seperti
televisi dan radio. Sedangkan media cetak adalah sarana komunikasi massa
melalui tulisan seperti surat kabar, majalah, tabloid, dan lain – lain. Media
massa elektronik salah satu media yang memiliki kekhususan, hal itu terletak
pada dukungan elektronik dan teknologi yang menjadi kekuatan dari media yang
berdasar pada elektronik. Salah satu kelebihan media elektronik adalah sifatnya
yang real time atau disiarkan secara langsung apabila ada peristiwa atau
kejadian yang sedang terjadi. Menurut khalayak, media elektronik sifatnya lebih
instan daripada media cetak, sehingga media elektronik lebih banyak dipilih
oleh khalayak daripada media cetak.
Teori peluru ini merupakan konsep awal efek komunikasi
massa yang oleh para pakar komunikasi tahun 1970-an dinamakan pula hypodermic
needle theory (teori jarum hipodermik). Teori ini ditampilkan tahun 1950-an setelah
peristiwa penyiaran kaleidoskop stasiun radio siaran CBS di Amerika berjudul
The Invansion from Mars Effendy.1993: 264-265).
Teori ini mengasumsikan bahwa media memiliki
kekuatan yang sangat perkasa, dan komunikan dianggap pasif atau tidak tahu apa-apa.
Seorang komunikator dapat menembakkan peluru komunikasi yang begitu ajaib kepada
khalayak yang tidak berdaya (pasi). Pengaruh media sebagai hypodermic injection
(jarum suntik) didukung oleh munculnya kekuatan propaganda Perang Dunia I
(1914-1918) dan Perang Dunia II (1939-1945)
Teori efek media lainnya adalah the multi
step flow (atau banyak tahap). Survei dalam teori ini dilakukan tahun 1940-an
berkenaan dengan proses pengaruh sosial yang menunjukkan model yang sangat berbeda
dari model jarum hipodermik. Banyak bukti penelitian yang mendukung model
banyak tahap ini. Sebagian besar orang menerima efek media dari tangan kedua,
yaitu opinion leaders (para pemuka pendapat) yang mnemilikei akses lebih dahulu
pada media massa.
Teori arus multi tahap mendapat krtitik juga.
Orang-orang dalam kelas sosia yang berbeda membuat interpretasi berbeda pula
tentang media. Orang-oran cenderung berbicara dengan orang lain yang memiliki
kesamaan dalam pendidikan, pekerjaan, penghasilan, dan latar belakang keluarga.
Mereka cenderung menginterpretasi isi media melalui diskusi dengan kelompok-kelompok
kunci dari orang-orang yang disebut interrelative communities atau peer groups.
Mereka membentuk komunitas alami seperti sebuah kcluarga, tetangga, himpunan
gereja, yang juga mencakup orang-orang yang turut menafsirkan dan memperkuat
pesan-pesan media, seperti banyaknya neusgroup (agen kelompok berita) pada
World wide Web. Dalam teori ini dinyatakan hasil komunikasi antarpersona lebih
menonjol dibandingkan dengan terpaan media massa.
Teori proses selektif (selective processes
theory) ini merupakan hasil penelitian lanjutan tentang efek media massa pada
Perang Dunia II yang mengatakan bah penerimaan selektif media massa mengurangi
sejumiah dampak media. Teori ini menilai orang-orang cenderung melakukan
selectiue exposure (terpaan selcktif). Mereka menolak pesan yang berbeda dengan
kepercayaan mereka.
Tahun 1960 Joseph Klapper menerbitkan kajian
penelitian efek media massa yang tergabung dalam penelitian pascaperang tentang
persuasi, pengaruh persona dan proses selektif. Klapper menyimpulkan bahwa
pengaruh media itu lemah persentase pengaruhnya kecil bagi pemilih dalam
pemilihan umum, pasar saham dan para pengiklan.
Selama beberapa tahun kesimpulan Klapper
dirasakan kurang memuaskan. Penelitian dimulai lagi dengan memakai pendekatan baru,
yang dapat menjelaskan pengaruh media yang tak dapat disangkal lagi, terutama televisi,
terhadap remaja. Muncullah teori baru efek media massa yaitu social leamning
theory (teori pembelajaran sosial). Teori ini kini diaplikasikan pada perilaku
konsumen, kendati pada awalnya menjadi bidang penelitian komunikasi massa yang
bertujuan untuk memahami efek terpaan media massa.
Berdasarkan hasil penclitian Albert Bandura, teori
ini menjelaskan bahwa pemirsa meniru apa yang mereka lihat di televisi, melalui
suatu proses obseruational learning (pembelajaran hasil pengaumatam). Klapper
menganggap bahwa "ganjaran" dari karakter TV diterima mereka sebagai
perilaku antisosial, termasuk menjadi toleran terhadap perilaku perampokan dan
kriminalitas, menggandrungi kehidupan glamor seperti di televisi.
Model difusi inovasi akhir-akhir ini banyak
digunakan sebagai pendekatan dalam komunikasi pembangunan, terutama di
negara-negara sedang berkembang seperti Indonesia atau dunia ketiga. Tokohnya
Everett M. Rogers mendefinisikan difusi sebagai proses dimana suatu inovasi
dikomunikasikan melalui saluran tertentu dalam Jangka waktu tertentu di antara
para anggota suatu system sosial.
Difusi adalah suatu jenis khusus komunikasi
yang berkaitan dengan penyebaran pesan-pesan sebagai ide baru. Sedangkan komunikasi
didefinisikan sebagai proses di mana para pelakunya menciptakan informasi dan
salig bertukar informasi tersebut untuk mencapai pengertian bersama. Di dalam
pesan itu terdapat ketermasaan (neuness) yang memberikan ciri khusus kepada
difusi yang menyangkut ketakpastian (uncertainty). Derajat ketidakpastian seseorang
akan dapat dikurangi dengan jalan memperoleh informasi (lihat Effendy, 1993;
Severin dan Tankard, 1988; McQuail dan Windahl, 1993; Liliweri, 1991).
Unsur utama difusi adalah (a) inovasi; (b)
yang dikomunikasikan melalui saluran tertentu; (c) dalam jangka waktu tertentu;
(d) diantara para anggota suatu sistem sosial. Inovasi adalah suatu ide, karya
atau objek yang dianggap baru oleh seseorang. Ciri-ciri inovasi yang dirasakan
oleh para anggota suatu sistem sosial menentukan tingkat adopsi; (a) relative
aduantage (keuntungan relatif; (b) compatbility (kesesuaian); (c) complexity
(kerumitan); (d) trialability (kemungkinan dicoba); (e) obseruability
(kemungkinan diamati).
Everett M. Rogers dan Floyd G. Shoemaker
mengemukakan bahwa teori difusi inovasi dla prosesnya ada 4 (empat) tahap,
yaitu: pengetahuan, persuasi, keputusan dan konfirmasi.
Menurut teori kultivasi, media, khususnya
televisi, merupakan sarana utama kita untuk belajar tentang masyarakat dan kultur
kita. Melalui kontak kita dengan televisi (dan media lain), kita belajar
tentang dunia, orang-orangnya, nilai-nilainya serta adat kebiasaannya.
Teori kultivasi berpendapat bahwa pecandu berat televise membentuk
suatu citra realitas yang tidak konsisten dengan kenyataan. Sebagai contoh,
pecandu berat televisi menganggap kemungkinan seseorang untuk menjadi korban
kejahatan adalah 1 berbanding 10. Dalam kenyataan angkanya adalah 1 berbanding
50 Pecandu berat mengira bahwa 20% dari total penduduk dunia berdiam di Amerika Serikat. Kenyataannya
hanya 6%. Pecandu berat percaya bahwa persentase karyawan dalam posisi
manajerial atau profesional adalah 25%. Kenyataannya hanya 5%.
Media massa pada
dasarnya dapat dibagi menjadi dua kategori, yakni media massa cetak dan media
elektronik.
a.
surat kabar,
b.
koran,
c.
majalah,
d.
tabloid,
e.
brosur,
f.
undangan.
a.
radio siaran,
b.
televisi,
c.
film,
d.
media on-line (internet).
Film (Gambar
bergerak) adalah bentuk dominan dari komunikasi massa. visual di belahan dunia
ini. Lebih dari ratusan juta orang menonton film di bioskop, film televisi dan
film video laser setiap minggunya.
Film lebih dahulu
menjadi media hiburan dibanding radio siaran dan televisi. Menonton flm ke
bioskop ini menjadi aktivitas popular bagi orang Amerika pada tahun 1920-an sampai
1950-an.
Industri film
adalah industri bisnis. Predikat ini telah menggeser anggapan orang yang masih
meyakini bahwa. fim adalah karya seni, yang diproduksi secara kreatif dan
memenuhi imajinasi orang-orang yang bertujuan memperoleh estetika (keindahan)
yang sempurna. Meskipun pada kenyataanya adalah bentuk karya seni, industri film
adalah bisnis yang memberikan keuntungan, kadang-kadang menjadi mesin uang yang
seringkali, demi uang, keluar dari kaidah artistik film itu sendiri (Dominick.
2000: 306).
Seperti halnya televisi siaran, tujuan
khalayak menonton film terutama adalah ingin memperoleh hiburan. Akan tetapi
dalam film dapat terkandung fungsi informatif maupun edukatif, bahkan
persuasif. Hal ini pun sejalan dengan misi perfilman nasional sejak tahun 1979,
bahwa selain sebagai media hiburan, film nasional dapat digunakan sebagai media
edukasi untuk pembinaan generasi muda dalam rangka nation and character
building (Effendy, 1981: 212). Fungsi edukasi dapat tercapai apabila film
nasional memproduksi film-film sejarah yang objektif, atau film dokumenter dan
film yang diangkat dari kehidupan sehari-hari secara berimbang.
Analisa efek Film menurut Steven
M.Chafee.
Ø Efek ekonomi
Dengan adanya film, menjadikan lapangan pekerjaan bagi bidang tertentu
yang dibutuhkan didalam pembuatan film seperti editor, cameramen, actor/aktris,
dll.
Ø Efek sosial
Didalam film pun mengajarkan kita bagaimana cara bersosialisasi dengan
benar didepan umum atau dengan kerabat dekat.
Ø Penjadwalan kegiatan sehari-hari
Dijaman sekarang dengan banyaknya situs dan aplikasi menonton film
secara instan tanpa harus pergi ke bioskop menjadikan kita mudah untuk menonton
film dimana saja, dan mungkin termasuk salah satu bagian dari kegiatan
sehari-hari.
Ø Efek hilangnya perasaan tidak nyaman
Jika kita sedang bosan atau jenuh, film komedi atau film dengan genre
yang disukai dapat dijadikan sebagai salah satu penghilang rasa bosan atau
disaat kita sedang jenuh.
Ø Efek menumbuhkan perasaan tertentu
Seperti halnya menonton film horror yang dapat menimbulkan perasaan
tertentu seperti takut atau waspada setelah menonton film horror itu.
Media massa merupakan salah satu alat yang
digunakan untuk berkomunikasi setiap hari, kapan saja dan dimana saja antara
satu orang dengan orang yang lain. Setiap orang akan selalu memerlukan media
massa untuk mendapatkan informasi mengenai kejadian di sekitar mereka, dengan
media massa pula orang akan mudah mendapatkan informasi yang mereka butuhkan
pada saat tertentu mereka menginginkan informasi. Disisi lain manusia dapat
berbagi kejadian – kejadian yang terjadi di sekitar mereka kepada orang lain.
Sehingga antara satu orang dengan orang lain di daerah yang berbeda dapat
melakukan pertukaran informasi mengenai kejadian disekitar mereka melalui media
massa.
Perlu ditekankan bahwa dalam hal ini yang
dimaksud media adalah media atau alat yang menunjuk pada hasil produk teknologi
modern sebagai saluran dalam komunikasi massa, bukan media tradisional seperti
wayang, kethoprak, ludruk, dan lain sebagainya. Sedangkan media massa modern
terbagi menjadi dua yaitu media massa yang tercetak dalam sebuah kertas (media
cetak) dan media yang terdiri dari perangkat mesin – mesin (media elektronik),
media massa cetak misalnya majalah, surat kabar, dan lain sebagainya. Serta
media elektronik seperti radio dan televisi (Nuruddin, 2009: 3). Sehingga dalam
hal ini media yang dimaksud adalah media yang merupakan hasil dari adanya
teknologi terbaru atau modern yang dapat menyampaikan sebuah informasi terkini
yang meliputi kehidupan bermasyarakat dan penting diketahui oleh masyarakat.
Komunikasi massa meliputi semua lapisan
masyarakat atau khalayak ramai dalam berbagai perbedaan, perbedaan tersebut
terdapat pada usia, agama atau keyakinan, pendidikan, status sosial dan semua
yang terjangkau oleh saluran media massa. Ada hubungan timbal balik antara
media dengan khalayak, khalayak dapat mempengaruhi media dan sebaliknya media
juga dapat mempengaruhi khalayak. Media dapat menyampaikan hal penting untuk
diketahui masyarakat sehingga masyarakat mengerti dan mengetahui kejadian yang
sedang terjadi, begitu pula sebaliknya masyarakat dapat menghubungi media untuk
menyampaikan informasi yang ada disekitar mereka melalui nomor – nomor yang
dapat dihubungi pada suatu media.
Media massa terbagi menjadi dua jenis yaitu
media massa cetak dan media massa elektronik. Media massa elektronik adalah
sarana komunikasi massa melalui perangkat – perangkat elektronik seperti
televisi dan radio. Sedangkan media cetak adalah sarana komunikasi massa
melalui tulisan seperti surat kabar, majalah, tabloid, dan lain – lain. Media
massa elektronik salah satu media yang memiliki kekhususan, hal itu terletak
pada dukungan elektronik dan teknologi yang menjadi kekuatan dari media yang
berdasar pada elektronik. Salah satu kelebihan media elektronik adalah sifatnya
yang real time atau disiarkan secara langsung apabila ada peristiwa atau
kejadian yang sedang terjadi. Menurut khalayak, media elektronik sifatnya lebih
instan daripada media cetak, sehingga media elektronik lebih banyak dipilih
oleh khalayak daripada media cetak.
Teori peluru ini merupakan konsep awal efek komunikasi
massa yang oleh para pakar komunikasi tahun 1970-an dinamakan pula hypodermic
needle theory (teori jarum hipodermik). Teori ini ditampilkan tahun 1950-an setelah
peristiwa penyiaran kaleidoskop stasiun radio siaran CBS di Amerika berjudul
The Invansion from Mars Effendy.1993: 264-265).
Teori ini mengasumsikan bahwa media memiliki
kekuatan yang sangat perkasa, dan komunikan dianggap pasif atau tidak tahu apa-apa.
Seorang komunikator dapat menembakkan peluru komunikasi yang begitu ajaib kepada
khalayak yang tidak berdaya (pasi). Pengaruh media sebagai hypodermic injection
(jarum suntik) didukung oleh munculnya kekuatan propaganda Perang Dunia I
(1914-1918) dan Perang Dunia II (1939-1945)
Teori efek media lainnya adalah the multi
step flow (atau banyak tahap). Survei dalam teori ini dilakukan tahun 1940-an
berkenaan dengan proses pengaruh sosial yang menunjukkan model yang sangat berbeda
dari model jarum hipodermik. Banyak bukti penelitian yang mendukung model
banyak tahap ini. Sebagian besar orang menerima efek media dari tangan kedua,
yaitu opinion leaders (para pemuka pendapat) yang mnemilikei akses lebih dahulu
pada media massa.
Teori arus multi tahap mendapat krtitik juga.
Orang-orang dalam kelas sosia yang berbeda membuat interpretasi berbeda pula
tentang media. Orang-oran cenderung berbicara dengan orang lain yang memiliki
kesamaan dalam pendidikan, pekerjaan, penghasilan, dan latar belakang keluarga.
Mereka cenderung menginterpretasi isi media melalui diskusi dengan kelompok-kelompok
kunci dari orang-orang yang disebut interrelative communities atau peer groups.
Mereka membentuk komunitas alami seperti sebuah kcluarga, tetangga, himpunan
gereja, yang juga mencakup orang-orang yang turut menafsirkan dan memperkuat
pesan-pesan media, seperti banyaknya neusgroup (agen kelompok berita) pada
World wide Web. Dalam teori ini dinyatakan hasil komunikasi antarpersona lebih
menonjol dibandingkan dengan terpaan media massa.
Teori proses selektif (selective processes
theory) ini merupakan hasil penelitian lanjutan tentang efek media massa pada
Perang Dunia II yang mengatakan bah penerimaan selektif media massa mengurangi
sejumiah dampak media. Teori ini menilai orang-orang cenderung melakukan
selectiue exposure (terpaan selcktif). Mereka menolak pesan yang berbeda dengan
kepercayaan mereka.
Tahun 1960 Joseph Klapper menerbitkan kajian
penelitian efek media massa yang tergabung dalam penelitian pascaperang tentang
persuasi, pengaruh persona dan proses selektif. Klapper menyimpulkan bahwa
pengaruh media itu lemah persentase pengaruhnya kecil bagi pemilih dalam
pemilihan umum, pasar saham dan para pengiklan.
Selama beberapa tahun kesimpulan Klapper
dirasakan kurang memuaskan. Penelitian dimulai lagi dengan memakai pendekatan baru,
yang dapat menjelaskan pengaruh media yang tak dapat disangkal lagi, terutama televisi,
terhadap remaja. Muncullah teori baru efek media massa yaitu social leamning
theory (teori pembelajaran sosial). Teori ini kini diaplikasikan pada perilaku
konsumen, kendati pada awalnya menjadi bidang penelitian komunikasi massa yang
bertujuan untuk memahami efek terpaan media massa.
Berdasarkan hasil penclitian Albert Bandura, teori
ini menjelaskan bahwa pemirsa meniru apa yang mereka lihat di televisi, melalui
suatu proses obseruational learning (pembelajaran hasil pengaumatam). Klapper
menganggap bahwa "ganjaran" dari karakter TV diterima mereka sebagai
perilaku antisosial, termasuk menjadi toleran terhadap perilaku perampokan dan
kriminalitas, menggandrungi kehidupan glamor seperti di televisi.
Model difusi inovasi akhir-akhir ini banyak
digunakan sebagai pendekatan dalam komunikasi pembangunan, terutama di
negara-negara sedang berkembang seperti Indonesia atau dunia ketiga. Tokohnya
Everett M. Rogers mendefinisikan difusi sebagai proses dimana suatu inovasi
dikomunikasikan melalui saluran tertentu dalam Jangka waktu tertentu di antara
para anggota suatu system sosial.
Difusi adalah suatu jenis khusus komunikasi
yang berkaitan dengan penyebaran pesan-pesan sebagai ide baru. Sedangkan komunikasi
didefinisikan sebagai proses di mana para pelakunya menciptakan informasi dan
salig bertukar informasi tersebut untuk mencapai pengertian bersama. Di dalam
pesan itu terdapat ketermasaan (neuness) yang memberikan ciri khusus kepada
difusi yang menyangkut ketakpastian (uncertainty). Derajat ketidakpastian seseorang
akan dapat dikurangi dengan jalan memperoleh informasi (lihat Effendy, 1993;
Severin dan Tankard, 1988; McQuail dan Windahl, 1993; Liliweri, 1991).
Unsur utama difusi adalah (a) inovasi; (b)
yang dikomunikasikan melalui saluran tertentu; (c) dalam jangka waktu tertentu;
(d) diantara para anggota suatu sistem sosial. Inovasi adalah suatu ide, karya
atau objek yang dianggap baru oleh seseorang. Ciri-ciri inovasi yang dirasakan
oleh para anggota suatu sistem sosial menentukan tingkat adopsi; (a) relative
aduantage (keuntungan relatif; (b) compatbility (kesesuaian); (c) complexity
(kerumitan); (d) trialability (kemungkinan dicoba); (e) obseruability
(kemungkinan diamati).
Everett M. Rogers dan Floyd G. Shoemaker
mengemukakan bahwa teori difusi inovasi dla prosesnya ada 4 (empat) tahap,
yaitu: pengetahuan, persuasi, keputusan dan konfirmasi.
Menurut teori kultivasi, media, khususnya
televisi, merupakan sarana utama kita untuk belajar tentang masyarakat dan kultur
kita. Melalui kontak kita dengan televisi (dan media lain), kita belajar
tentang dunia, orang-orangnya, nilai-nilainya serta adat kebiasaannya.
Teori kultivasi berpendapat bahwa pecandu berat televise membentuk
suatu citra realitas yang tidak konsisten dengan kenyataan. Sebagai contoh,
pecandu berat televisi menganggap kemungkinan seseorang untuk menjadi korban
kejahatan adalah 1 berbanding 10. Dalam kenyataan angkanya adalah 1 berbanding
50 Pecandu berat mengira bahwa 20% dari total penduduk dunia berdiam di Amerika Serikat. Kenyataannya
hanya 6%. Pecandu berat percaya bahwa persentase karyawan dalam posisi
manajerial atau profesional adalah 25%. Kenyataannya hanya 5%.
Media massa pada
dasarnya dapat dibagi menjadi dua kategori, yakni media massa cetak dan media
elektronik.
a.
surat kabar,
b.
koran,
c.
majalah,
d.
tabloid,
e.
brosur,
f.
undangan.
a.
radio siaran,
b.
televisi,
c.
film,
d.
media on-line (internet).
Film (Gambar
bergerak) adalah bentuk dominan dari komunikasi massa. visual di belahan dunia
ini. Lebih dari ratusan juta orang menonton film di bioskop, film televisi dan
film video laser setiap minggunya.
Film lebih dahulu
menjadi media hiburan dibanding radio siaran dan televisi. Menonton flm ke
bioskop ini menjadi aktivitas popular bagi orang Amerika pada tahun 1920-an sampai
1950-an.
Industri film
adalah industri bisnis. Predikat ini telah menggeser anggapan orang yang masih
meyakini bahwa. fim adalah karya seni, yang diproduksi secara kreatif dan
memenuhi imajinasi orang-orang yang bertujuan memperoleh estetika (keindahan)
yang sempurna. Meskipun pada kenyataanya adalah bentuk karya seni, industri film
adalah bisnis yang memberikan keuntungan, kadang-kadang menjadi mesin uang yang
seringkali, demi uang, keluar dari kaidah artistik film itu sendiri (Dominick.
2000: 306).
Seperti halnya televisi siaran, tujuan
khalayak menonton film terutama adalah ingin memperoleh hiburan. Akan tetapi
dalam film dapat terkandung fungsi informatif maupun edukatif, bahkan
persuasif. Hal ini pun sejalan dengan misi perfilman nasional sejak tahun 1979,
bahwa selain sebagai media hiburan, film nasional dapat digunakan sebagai media
edukasi untuk pembinaan generasi muda dalam rangka nation and character
building (Effendy, 1981: 212). Fungsi edukasi dapat tercapai apabila film
nasional memproduksi film-film sejarah yang objektif, atau film dokumenter dan
film yang diangkat dari kehidupan sehari-hari secara berimbang.
Analisa efek Film menurut Steven
M.Chafee.
Ø Efek ekonomi
Dengan adanya film, menjadikan lapangan pekerjaan bagi bidang tertentu
yang dibutuhkan didalam pembuatan film seperti editor, cameramen, actor/aktris,
dll.
Ø Efek sosial
Didalam film pun mengajarkan kita bagaimana cara bersosialisasi dengan
benar didepan umum atau dengan kerabat dekat.
Ø Penjadwalan kegiatan sehari-hari
Dijaman sekarang dengan banyaknya situs dan aplikasi menonton film
secara instan tanpa harus pergi ke bioskop menjadikan kita mudah untuk menonton
film dimana saja, dan mungkin termasuk salah satu bagian dari kegiatan
sehari-hari.
Ø Efek hilangnya perasaan tidak nyaman
Jika kita sedang bosan atau jenuh, film komedi atau film dengan genre
yang disukai dapat dijadikan sebagai salah satu penghilang rasa bosan atau
disaat kita sedang jenuh.
Ø Efek menumbuhkan perasaan tertentu
Seperti halnya menonton film horror yang dapat menimbulkan perasaan
tertentu seperti takut atau waspada setelah menonton film horror itu.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Media massa merupakan salah satu alat yang
digunakan untuk berkomunikasi setiap hari, kapan saja dan dimana saja antara
satu orang dengan orang yang lain. Disisi lain manusia dapat berbagi kejadian –
kejadian yang terjadi di sekitar mereka kepada orang lain. Sedangkan media
massa modern terbagi menjadi dua yaitu media massa yang tercetak dalam sebuah
kertas (media cetak) dan media yang terdiri dari perangkat mesin – mesin (media
elektronik), media massa cetak misalnya majalah, surat kabar, dan lain
sebagainya. Serta media elektronik seperti radio dan televisi (Nuruddin, 2009:
3).
Komunikasi massa meliputi semua lapisan
masyarakat atau khalayak ramai dalam berbagai perbedaan, perbedaan tersebut
terdapat pada usia, agama atau keyakinan, pendidikan, status sosial dan semua
yang terjangkau oleh saluran media massa. Ada hubungan timbal balik antara
media dengan khalayak, khalayak dapat mempengaruhi media dan sebaliknya media
juga dapat mempengaruhi khalayak. Sedangkan media cetak adalah sarana
komunikasi massa melalui tulisan seperti surat kabar, majalah, tabloid, dan
lain – lain. Menurut khalayak, media elektronik sifatnya lebih instan daripada
media cetak, sehingga media elektronik lebih banyak dipilih oleh khalayak
daripada media cetak.
Media massa merupakan salah satu alat yang
digunakan untuk berkomunikasi setiap hari, kapan saja dan dimana saja antara
satu orang dengan orang yang lain. Disisi lain manusia dapat berbagi kejadian –
kejadian yang terjadi di sekitar mereka kepada orang lain. Sedangkan media
massa modern terbagi menjadi dua yaitu media massa yang tercetak dalam sebuah
kertas (media cetak) dan media yang terdiri dari perangkat mesin – mesin (media
elektronik), media massa cetak misalnya majalah, surat kabar, dan lain
sebagainya. Serta media elektronik seperti radio dan televisi (Nuruddin, 2009:
3).
Komunikasi massa meliputi semua lapisan
masyarakat atau khalayak ramai dalam berbagai perbedaan, perbedaan tersebut
terdapat pada usia, agama atau keyakinan, pendidikan, status sosial dan semua
yang terjangkau oleh saluran media massa. Ada hubungan timbal balik antara
media dengan khalayak, khalayak dapat mempengaruhi media dan sebaliknya media
juga dapat mempengaruhi khalayak. Sedangkan media cetak adalah sarana
komunikasi massa melalui tulisan seperti surat kabar, majalah, tabloid, dan
lain – lain. Menurut khalayak, media elektronik sifatnya lebih instan daripada
media cetak, sehingga media elektronik lebih banyak dipilih oleh khalayak
daripada media cetak.
Daftar Pustaka
Ardianto, Elvinaro.,
Lukiati Komala, Siti Karlinah, 2009. Komunikasi
Massa Suatu Pengantar Edisi Revisi. Bandung : Simbiosa Rekatama Media.
~~
Ardianto, Elvinaro.,
Lukiati Komala, Siti Karlinah, 2009. Komunikasi
Massa Suatu Pengantar Edisi Revisi. Bandung : Simbiosa Rekatama Media.
~~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar